NUSOLO-Lembaga Bathsul Masail PCNU Kota Surakarta menggelar haul K.H. Abdul Wahab Siddiq bersamaan dengan acara musyawarah Kubro ke-2 akhir bulan Agustus 2020.

K.H. Abdul Wahab Siddiq merupakan ulama Solo yang dikenal sebagai ahli Fikih. Ia memiliki nama kecil Abdurrahman Ad-Dakhil. Karena kerap sakit sakitan, orang tuanya lantas menggantinya dengan nama Abdul Wahab Siddiq.

Semasa kecil ia hidup di Kota Demak. Ayahnya adalah Kiai Muhammad Siddiq yang di kenal sebagai ulama berhati sabar.

Beberapa tetangga Kiai Siddiq menuturkan, hampir tidak pernah ada pertengkaran dalam keluarga beliau. Bahkan anak-anaknya pun rukun dan sabar, hampir tidak pernah ada marah.

Oleh karena itu seorang kiai di Demak menyebut ia salah satu Wali Allah SWT.

K.H. Abdul Wahhab Siddiq menghabiskan masa kecilnya belajar kepada K.H. R. Muhammad, putra K.H. Mahfudz At Tarmasi, ulama Jawa yang aktif memberikan sumbangsih pemikiranya diantara para ulama-ulama Timur Tengah abad 18 Masehi.

Semasa kecil, waktu Kiai Wahhab dihabiskan mengkaji Al-Quran dan Kitab-Kitab salaf di Pondok Pesantren Bustanu ‘Usysyaqil Qur’an (BUQ) di Kota Demak.

Tidak puas menimba ilmu di Demak, Kiai Wahhab lantas melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Pondok Pesantren Krapyak di bawah asuhan K.H. Ali Maksum Krapyak. Disanalah beliau banyak mengkaji Kitab-Kitab Besar para Ulama Salaf.

Di Krapyak, Beliau memperdalam Al-Quran dan Kitab-Kitab Kuning kepada Rais Aam PBNU. Selama di Krapyak ia dijuluki Wahhab Al Khottot karena Ahli Khot atau Kaligrafi.

Kelak dikemudian hari keahlian Khot yang dimiliki Kiai Wahhab menurun kepada putra keduanya H. Ahmad Syakir Wahhab. Adapun keahlian Arsitekturnya menurun kepada putra ke 5 nya H. Fattah Wahhab.

Selama di Krapyak, beliau juga mendalami Ilmu Syariah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Salah satu teman akrab saat masih di Krapyak adalah K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus).

Oleh karena itu tidaklah mengherankan saat Kiai Wahhab meninggal dunia, Gus Mus merasa sangat kehilangan seorang teman akrab, ahli ilmu dari Kepatihan, Solo.

Semasa muda Kiai Wahhab pernah menjadi Pegawai Negari di Kementerian Agama.

Karena akhlak mulia dan budi pekerti kealimanya, membuat banyak Kyai ingin mengambil menantu. Di akhir masa lajangnya, hati Kiai Wahhab tertambat pada Siti Aisyah, putri KH. Abdul Jalal dengan Nyai Siti Marfu’ah yang saat itu merupakan Aktifis Muslimat NU Surakarta.

Tidak berhenti di sini. Walaupun sudah menikah, keinginanya menimba ilmu tidak pernah surut.

Kegemaran beliau membaca Kitab membuat rumahnya penuh dengan Kitab-kitab besar. Rumah beliau bagaikan perpustakaan ilmu yang sangat lengkap.

Sepulang dari Timur Tengah, beliau berkhidmat di LBM NU Surakarta bersama K.H. Mudzakir, K.H. Abdurrohim, K.H. Daimul Ihsan, dan kiai-kiai yang lain.

Di akhir masa jabatannya beliau menjabat sebagai Syuriyah dan Mustasyar di PCNU Surakarta. Selain itu, beliau juga berkhidmat menjadi Rektor UNU Surakarta.

Kiai yang satu ini dikenal dekat dengan berbagai golongan. Beliau akrab dengan Pengurus Muhammadiyah, Syarikat Islam, bahkan nonmuslim. Maka, tidak mengherankan ketika beliau meninggal dunia yang hadir melayat berasal dari berbagai golongan dan agama.

Semangat beliau mengisi diberbagai Majelis Taklim dan Nahdlatul Ulama di Solo Raya, tidak membuatnya lupa berkarya. Beliau menulis beberapa Buku dan Kitab diantaranya lain Majmu’atu Ayatil Qur’an fil Aqidah ( Berisi Kumpulan Ayat-Ayat Quran tentang Aqidah dan Tauhid ), Majmu’atu Ayatil Qur’an fil Akhlak ( Berisi Kumpulan Ayat-Ayat Quran tentang Akhlak ), dan Kitab kitab lainnya.

Kyai yang juga juga ahli dibidang Ilmu Falaq ini juga menyusun Jadwal Shalat, Syuruq dan Imsakiyyah tahunan untuk wilayah Solo dan Sekitarnya. Maha karya dalam Ilmu Falak ini masih dipakai sampai sekarang. Beliau juga membuat Kompas arah Kiblat dan uniknya hampir semua desain tempat wudlu yang beliau buat menghadap kearah kiblat.

Kyai yang hatinya selalu tertambat kepada masjid ini mengampu beberapa masjid di Solo antara lain Masjid Jami’ Al Fatih, Masjid Jami’ Ummu Umar dan Langgar Sawunggaling.

Kiai dengan 6 anak dan Imam Masjid AL Fatih Kepatihan Wetan Solo ini berpulang ke rahmatullah pada usia 83 tahun karena sakit Ahad, 9 April 2016 pukul 09.05 WIB. Almarhum dimakamkan di Makam Barisan Ulama bersama Ulama lainnya di Soloraya.

Ketua LBM PCNU Surakarta, Kiai Ahmad Muhamad Mustain Nasoha yang akrab dipanggil Gus Mustain ini berharap agar para pengurus LBM PCNU Surakarta di masa sekarang bisa meniru semangat beliau menimba ilmu dan berkhidmat di Nahdlatul Ulama.

Menurutnya, sikap moderat atau tawasut Shohibul Haul sangat diperlukan di zaman sekarang ini.

Oleh : Gus Mustain